Sebuah cerita tentang ukhuwah +++ Suatu hari, ketika Badar mulai sunyi daripada huru hara peperangan yang akhirnya mengoyak kejahatan dan memenangkan kebenaran, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf mengiring lelaki tampan dan ranggi yang terbelenggu itu. Dia membawa lelaki itu dengan berhati-hati dan lembut tanpa melepaskan genggaman pada ikatannya. Mereka menuju ke arah lelaki yang berwajah mirip dengan si tawanan. Sangat mirip. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf mengangguk ta’zhim pada lelaki itu, “Assalamual’aika Ya Mush’ab yang baik. Inilah saudaramu, Abu ‘Aziz!" Mush’ab ibn ‘Umair menjawab salam dan membalas aggukan dalam-dalam. Si tawanan, Abu ‘Aziz ibn ‘Umair disergap lega. Syukurlah, dia akan diserahkan pada abang yang disayanginya. Betapa setelah melalui satu mimpi buruk hari ini; mengikuti perang Badar, menyaksikan darah bersimbah ruah, tumbangnya kejayaan Quraisy di tangan orang-orang Bani Najjar, dan kini tertawan; sungguh menyakit...
"Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka)? Dan janganlah mereka (menjadi) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras, dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." [QS Al-Hadid, 57:16]