Skip to main content

Spirit Ukhuwah Yang Hilang (3)


Jamaah yang lain lagi. Lebih bersifat komprehensif. Ia lebih memperhatikan tarbiyah dan pembinaan secara utuh daripada sekedar mengurus tambal sulam atas berbagai persoalan umat yang sedang berlangsung. Manhaj dakwah Rasulullah saw dipelajari secara utuh berdasarkan pendekatan ilmiah yang teliti. Maka, banyak tokoh dari dakwah Rasulullah saw secara mendalam dan intensif, mereka mengetahui benar mana yang tsawabit dan mana yang mutaghayyirat.

Berdasarkan pemahaman yang benar dan syumul terahadap Islam aktivis dakwah ini meletakkan manhaj tarbiyah sebagai pegangan bagi setiap anggotanya. Manhaj inilah yang menurut saya tidak dimiliki oleh jamaah lain, karenanya, para aktifis yang telah terbina berdasarkan manhaj tersebut mengetahui benar apa yang harus mereka kerjakan di lapangan. Mereka selalu sibuk memperjuangkan segala hal yang berkenaan dengan prinsip ilmu pengetahuan agama yang mereka dalami. Ibadah mereka tingkatkan. Bahasa Arab mereka tekankan. Dan di saat yang sama, mereka berjuang habis-habisan menyingkirkan kedzaliman di muka bumi. Mereka paham betul bagaimana musuh-musuh Islam menghancurkan umat Islam. Mereka juga sedang menempuh langkah-langkah konkret dan realistis agar umat Islam menjadi umat yang kuat, berwibawa, dan tidak mudah dipermainkan oleh kekuatan musuh.

Bagi aktivis jamaah ini, memusuhi jamaah lain, bukan ajaran Islam, tidak ada dalam jamaah ini sikap menjelekkan jamaah lain. Bahkan, perjuangan yang selalu mereka kedepankan adalah bagaimana agar semua jamaah umat Islam bersinergi. Salah seorang tokoh mereka mengatakan kalimat yang pantas ditulis dengan tinta emas:

“Lupakan perbedaan non-prinsip dan mari kita bersinergi untuk memperjuangkan yang prinsip”

Bahkan dari pengalamannya yang panjang dan keluasan ilmu para tokohnya, para tokoh jamaah ini banyak yang melahirkan karya-karya besar di bidang fiqih sesuai dengan permasalahan yang berkembang, seperti fiqih, zakat, fiqih dakwah, fiqih awliyah (prioritas), fiqih sirah (sejarah Nabi Muhammad saw), dan lainnya. Kelebihan ini –setahu saya- tidak dimiliki oleh jamaah lain.

Menariknya lagi, jamaah ini sangat terbuka terhadap kritik dan saran. Apa pun itu, selama benar-benar mengajak kembali kepada ajaran Islam yang benar. Belum pernah jamaah ini mengaku sebagai “jamaah umat islam”. Pada tokohnya selalu mengatakan, “Kami hanyalah jamaah dari umat Islam”.

Penyataan ini sangat penting untuk digarisbawahi karena persoalan mendasar yang menyebabkan umat Islam selalu centang-perenang dalam pergumulannya antara jamaah yang ada di dalamnya adalah aktivisnya merasa bahwa jamaahnya adalah “jamaah umat islam”.

Artinya, ia harus diikuti oleh seluruh umat Islam. Yang tidak ikut dianggap sesat. Dan semua jamaah selainnya adalah ahlul bid'ah. Cara pandang seperti ini justru bid'ah. Sebab, dengan mengklaim bahwa dirinya sebagai jamaah yang harus diikuti semua umat Islam, berarti ia telah meletakkan golongannnya sebagai satu-satunya golongan yang disetujui oleh wahyu. Jika demikian, dasar wahyunya mana?

Karena itu, yang paling penting adalah bagaimana agar jamaah-jamaah umat Islam bersinergi dan saling melengkapi, bukan menganggap dirinya sebagai satu-satunya jamaah umat Islam, dan yang lain sesat. Dari bersinergi secara harmonis kelak akan lahir kekuatan baru Islam yang mampu menghadapi perkembangan zaman dengan segala tantangannya. Jika tidak, umat ini akan terus terbelenggu dalam kegelisahan yang membingungkan. Tidak tahu ke mana harus melangkah.

Jamaah yang satu ini, tampaknya benar-benar serius melangkah ke arah sinergi antara jamaah umat Islam “tajmiul umman”. Untuk ini, mereka telah bergitu jauh melangkah, melakukan pembinaan (tarbiyah) secara intensif dan bertahap dengan segala sasarannya yang multidimensional, sehingga lahirlah pribadi-pribadi muslim yang mempunyai muwasshafat (karakteristik): salimul aqidah (aqidahnya benar), shahihul ibadah (ibadahnya benar), matinul khuluq (akhlaqnya kokoh), mutsaqqaful fikr (pengetahuannya luas), qawiyyul jism (tubuhnya kuat dan sehat), qaadirul alal kasbi (mampu mencari penghasilan sendiri), mujahidun linafsihi (mampu mengendalikan hawa nafsunya), munadhaman fissyu’unihi (menjadi pribadi efektif), harisan ala waqtihi (mengisi waktu secara efisien), nafiun lighairihi (memberikan manfaat kepada orang lain).

Comments

Popular posts from this blog

Rasa Semakin Jauh dari Allah?

“Salam. Saya rasa saya semakin jauh dengan Allah.” Rasa? Jauh? Jangan!!! Sebenarnya. Perasaan semakin jauh dengan Allah itu adalah satu perasaan yang perlu kita syukuri. Kerana kita masih lagi ada perasaan dengan Allah ‘azza wajalla . Kalau kita dapat lihat dalam realiti dunia sekarang, masyarakat kita ..secara umumnya.. sangat jauh daripada Allah SWT. Mereka jauh dari segi penghambaan diri kepada Allah SWT dan mereka jauh dari segi ketaatan kepada Allah SWT. Lebih malang lagi apabila perasaan semakin jauh dari Allah SWT itu tidak pernah terlahir dalam diri mereka hinggakan mereka merasa tenang dan terus menjauhkan diri mereka dari Allah SWT, dari Al-Quran. Jadilah mereka seperti orang-orang yang pernah menerima kitab sebelum kita, iaitu Yahudi dan Nasrani. Orang Yahudi dan Nasrani juga pernah menerima kitab. Taurat dan Injil. Tetapi, apabila mereka tidak menitik beratkan lagi nilai-nilai kekhusyukan penghambaan diri pada Allah dan tidak lagi mematuhi apa yang di...

Mereka yang Mengabaikan Al-Quran

Umar RA berkata, “Aku mendengar Nabi Kalian besabda,  “Sesungguhnya Allah mengangkat dan menurunkan suatu kaum dengan Kitab ini.”  [HR Muslim] ayat-ayat cinta yang agung Kita telah mendapat bukti sejarah bahawa selama kita berpegang teguh kepada Al-Quran, selama itu pula kita akan meraih kemenangan; sebaliknya, selama kita meninggalkan Al-Quran, kita akan terhina.  Pada abad ke-8 H, pengamalan Al-Quran pernah diabaikan. Maka datanglah kelompok ar-Rafidhah membonceng kekuatan Tartar dari Mongol dipimpin Genghis Khan. Dalam tempoh lapan hari, lapan ratus ribu orang tewas terbunuh, masjid-masjid luluh lantah, mushaf-mushaf Al-Quran dibakar, dan tentera Tartar membasmi anak-anak dan wanita kita!  Kembalilah wahai generasi muda dan tetua umat kepada Al-Quran, kembalilah kaum lelaki dan wanita umat ini kepada Al-Quran! Hidupkan rumah kalian dengan Al-Quran, bangkitkan kalbu kalian dengan Al-Quran, dan ramaikanlah hati kita dengan Kitab Allah! Semoga ...

Merasakan Hidup Tidak Bermakna?

Kehidupan adalah sesuatu yang abstrak dari kaca mata seseorang yang tidak tahu apa tujuan hidupnya. Kehidupan pula merupakan sesuatu yang sangat objektif bagi mereka yang tahu apa tujuan hidup mereka.  Apabila merasakan hidup ini seolah-olah tiada makna, itu beerti dia tidak tahu apa sebenarnya tujuan hidupnya. Seperti kita membaca buku kimia, tetapi tidak tahu apa tujuan kita membacanya. Tiada siapa pula yang menerangkan kepada kita apa tujuan kita membaca. Maka kita akan merasakan benda itu sia-sia dan tiada makna, dan pasti kita akan meninggalkan pekerjaan tersebut kerana perkara itu tidak membawa apa-apa makna dalam kehidupannya berbanding main games, ber couple atau  stay up tengok movie yang for sure dapat memuaskan hawa nafsu dengan alasan release tension kononnya. Mengapa hidup perlu ada tujuan?  Segala yang berlaku itu pastilah ada tujuannya, tidak akan saja-saja ada. Sedangkan tahi di tepi jalan pun ada tujuan kenapa ia diciptakan di situ, ...