Skip to main content

Ukhuwwah Berpaksikan Iman

Sebuah cerita tentang ukhuwah


+++

Suatu hari, ketika Badar mulai sunyi daripada huru hara peperangan yang akhirnya mengoyak kejahatan dan memenangkan kebenaran, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf mengiring lelaki tampan dan ranggi yang terbelenggu itu. Dia membawa lelaki itu dengan berhati-hati dan lembut tanpa melepaskan genggaman pada ikatannya. Mereka menuju ke arah lelaki yang berwajah mirip dengan si tawanan. Sangat mirip. 

‘Abdurrahman ibn ‘Auf mengangguk ta’zhim pada lelaki itu, 

“Assalamual’aika Ya Mush’ab yang baik. Inilah saudaramu, Abu ‘Aziz!"

Mush’ab ibn ‘Umair menjawab salam dan membalas aggukan dalam-dalam. 

Si tawanan, Abu ‘Aziz ibn ‘Umair disergap lega. Syukurlah, dia akan diserahkan pada abang yang disayanginya. Betapa setelah melalui satu mimpi buruk hari ini; mengikuti perang Badar, menyaksikan darah bersimbah ruah, tumbangnya kejayaan Quraisy di tangan orang-orang Bani Najjar, dan kini tertawan; sungguh menyakitkan. Kini dia berada di hadapan abang yang telah bertahun-tahun tak dijumpainya. Dia rindu. 

Tetapi, Mush’ab tidak memandang ke arahnya, tidak segera memeluk menyambutnya, dan seakan tidak hendak menanggalkan belenggu pengikatnya. Mush’ab terus menundukkan kepalanya dan berkata kepada ‘Abdurrahman, 

“Tahanlah dia. Kuatkan ikatanmu, dan eratkan belenggumu.. Sesungguhnya dia memiliki seorang ibu yang sangat menyayangi dan memanjakannya. Insya-Allah engkau akan mendapat tebusan yang berharga darinya, Saudaraku!” 

Abu ‘Aziz terkejut. 

“Apa? Aku tidak percaya ini! Engkau hai Mush’ab. Saudaraku sendiri, engkau menjualku dan membiarkannya meminta tebusan besar pada ibu kita? Di mana cintamu pada adikmu ini hai Saudaraku?” 

Dia meronta. 

Mush’ab memalingkan wajahnya.

Ada kilau di matanya.

Dihelanya udara panjang-panjang ke dalam dada. 

“Tidak! Engkau bukan saudaraku. Dia inilah saudaraku.. Dia inilah saudaraku!” 

+++

Ukhuwah. Persaudaraan di atas dasar iman.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” 
[QS al-Hujurat, 49:10] 

Ikatan persaudaraan antara mukmin dalam ayat ini digambarkan oleh Allah dengan kata “ikhwat”. Mushthafa Al-Maraghi menyatakan dalam tafsirnya bahawa “ikhwat” berarti persaudaraan senasab, ayahnay adalah Islam dan ibunya adalah iman. Mereka bersaudara sekandung, dari rahim iman. 

“Kata ini lebih kuat dari kata ‘ikhwan’ yang bermakna persaudaraan dalam persahabatan.” 
[Mushthafa Al-Maraghi] 
“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah saudara, ‘ikhwat’ dalam agama, dan dihimpunkan dalam asal yang satu, iaitu iman.” 
[Dr. Wahbah Az-Zuhaily] 

Seperti yang dialami Mush’ab, persaudaraan iman jauh lebih kuat, mengalahkan persaudaraan nasab. Dan bahkan persaudaraan nasab seolah tiada, hampa dan tidak bernilai, jika tiada aqidah yang mengikat hati mereka pada satu keyakinan yang sama. 

+++ 

Imanlah yang mengikat hati-kati kita. Seandainya ada di antara kita yang hatinya masih lagi terpaut kepada sesuatu selain iman, maka dia akan terkeluar dari ukhuwah bersama mereka yang mengikatnya atas dasar iman. Atas dasar mencari dan mengharap redha Allah.  Muhasabah iman kita. Muhasabah ukhuwah kita.


وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan (Dialah) yang menyatu padukan di antara hati-hati mereka (yang beriman itu). Kalaulah engkau belanjakan segala yang ada di bumi, nescaya engkau tidak dapat juga menyatu padukan di antara hati mereka, akan tetapi Allah telah menyatu padukan di antara (hati) mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.” 
[QS Al-Anfal, 8:63]


"terharu akan kemanisannya"
khir al-imtiaz
0559pm
30-06-2011

Comments

  1. salam.menarik..
    ukhuwah atas dasar iman...
    erm..

    ReplyDelete
  2. kuk3..blogwalking..jom join blog Zombie Insaf..blog tragis + seram + seksa + lawak + insaf kat sini : zombiensaf.blogspot.com

    ReplyDelete
  3. Best! Mantap! Penuh manfaat! Tahniah saudara! =)

    ReplyDelete
  4. Memang betul kata saudara. Hubungan persaudaraan iman lebih manis dan kuat berbanding hubungan nasab

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rasa Semakin Jauh dari Allah?

“Salam. Saya rasa saya semakin jauh dengan Allah.” Rasa? Jauh? Jangan!!! Sebenarnya. Perasaan semakin jauh dengan Allah itu adalah satu perasaan yang perlu kita syukuri. Kerana kita masih lagi ada perasaan dengan Allah ‘azza wajalla . Kalau kita dapat lihat dalam realiti dunia sekarang, masyarakat kita ..secara umumnya.. sangat jauh daripada Allah SWT. Mereka jauh dari segi penghambaan diri kepada Allah SWT dan mereka jauh dari segi ketaatan kepada Allah SWT. Lebih malang lagi apabila perasaan semakin jauh dari Allah SWT itu tidak pernah terlahir dalam diri mereka hinggakan mereka merasa tenang dan terus menjauhkan diri mereka dari Allah SWT, dari Al-Quran. Jadilah mereka seperti orang-orang yang pernah menerima kitab sebelum kita, iaitu Yahudi dan Nasrani. Orang Yahudi dan Nasrani juga pernah menerima kitab. Taurat dan Injil. Tetapi, apabila mereka tidak menitik beratkan lagi nilai-nilai kekhusyukan penghambaan diri pada Allah dan tidak lagi mematuhi apa yang di...

Mereka yang Mengabaikan Al-Quran

Umar RA berkata, “Aku mendengar Nabi Kalian besabda,  “Sesungguhnya Allah mengangkat dan menurunkan suatu kaum dengan Kitab ini.”  [HR Muslim] ayat-ayat cinta yang agung Kita telah mendapat bukti sejarah bahawa selama kita berpegang teguh kepada Al-Quran, selama itu pula kita akan meraih kemenangan; sebaliknya, selama kita meninggalkan Al-Quran, kita akan terhina.  Pada abad ke-8 H, pengamalan Al-Quran pernah diabaikan. Maka datanglah kelompok ar-Rafidhah membonceng kekuatan Tartar dari Mongol dipimpin Genghis Khan. Dalam tempoh lapan hari, lapan ratus ribu orang tewas terbunuh, masjid-masjid luluh lantah, mushaf-mushaf Al-Quran dibakar, dan tentera Tartar membasmi anak-anak dan wanita kita!  Kembalilah wahai generasi muda dan tetua umat kepada Al-Quran, kembalilah kaum lelaki dan wanita umat ini kepada Al-Quran! Hidupkan rumah kalian dengan Al-Quran, bangkitkan kalbu kalian dengan Al-Quran, dan ramaikanlah hati kita dengan Kitab Allah! Semoga ...

Merasakan Hidup Tidak Bermakna?

Kehidupan adalah sesuatu yang abstrak dari kaca mata seseorang yang tidak tahu apa tujuan hidupnya. Kehidupan pula merupakan sesuatu yang sangat objektif bagi mereka yang tahu apa tujuan hidup mereka.  Apabila merasakan hidup ini seolah-olah tiada makna, itu beerti dia tidak tahu apa sebenarnya tujuan hidupnya. Seperti kita membaca buku kimia, tetapi tidak tahu apa tujuan kita membacanya. Tiada siapa pula yang menerangkan kepada kita apa tujuan kita membaca. Maka kita akan merasakan benda itu sia-sia dan tiada makna, dan pasti kita akan meninggalkan pekerjaan tersebut kerana perkara itu tidak membawa apa-apa makna dalam kehidupannya berbanding main games, ber couple atau  stay up tengok movie yang for sure dapat memuaskan hawa nafsu dengan alasan release tension kononnya. Mengapa hidup perlu ada tujuan?  Segala yang berlaku itu pastilah ada tujuannya, tidak akan saja-saja ada. Sedangkan tahi di tepi jalan pun ada tujuan kenapa ia diciptakan di situ, ...