Senyumlah Wahai Da'ie

Gelak. Lawak. Huh. Itu mungkin fenomena biasa apabila ikhwah bertemu ikhwah. Asal berjumpa je, mesti ada gelak. Asal berjumpa je, mesti ketawa. Kalau masa serius, wah mereka memang sangat serius. Tapi, habis sahaja saat serius, terus ketawa, gelak dan macam-macam. Penat gelak je kadang-kadang. 

Itulah ikhwah. Banyak gelak. =) 

Islam mengajarkan hidup yang suci, bersih, jauh dari tingkah laku buruk, jauh pula dari perbuatan yang sia-sia. Maka, sering dipersepsi bahawa menjadi seorang Muslim yang soleh bererti harus menjadi peribadi yang beraut muka dingin, tak nak ketawa, inikan pula mahu bergurau.

Bahkan ada pula yang mengatakan,

"Diamnya adalah berfikir, bicaranya adalah zikir, langkahnya adalah jihad."

Kalau tidak, maka dia bukanlah Muslim yang sejati. Benarkah?

Selepas mendengar ada seorang ikhwah yang berkongsi tentang apa yang dibacanya dalam buku Fikh Hiburan karangan Dr. Yusuf Qardhawi, saya tertarik untuk berkongsi dengan semua tentang satu sirah yang kita mungkin jarang dengar. Tetapi, secara hakikatnya. Kehidupan pada zaman Rasulullah dengan kehidupan kita memang tidak banyak bezanya. 

+++ 

Sejarah yang Sangat Berwarna



Di antara para sahabat yang dikenal haru biru dan memiliki jiwa humoris atau pelawak adalah Nu’aiman bin Umar al-Anshari r.a. Banyak sekali anekdot dan peristiwa-peristiwa lucu atau ganjil yang diriwayatkan darinya. Nu’aiman bin Umar al-Anshari merupakan salah satu sahabat yang menyaksikan bai’atul ‘aqabah yang terakhir. Selain itu, dia juga ikut dalam Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan perang-perang lainnya. Hal ini menunjukkan bahawa Nu’aiman bin Umar al-Anshari adalah kelompok sahabat Anshar yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islam (assabiquna al-awwalun) yang diredhai Allah SWT dan mereka pun redha kepada Allah SWT seperti yang termaktub di dalam surah at-Taubah, ayat 100. 

Zubair bin Bakkar di dalam kitab Al-Fukahah wa Al-Marah meriwayatkan beberapa anekdot dan peristiwa lucu dari Nu’aiman bin Umar al-Anshari. Di sini saya akan menyebut beberapa contohnya. 

Zubair bin Bakkar berkata, setiap ada thurfah (sesuatu yang baru dan menarik) sampai ke Madinah, pasti Nu’aiman bin Umar al-Anshari membelinya. Suatu hari, Nu’aiman membawa thurfah kepada Rasulullah SAW. 

“Ini aku hadiahkan kepadamu, ya Rasul.” Kata Nu’aiman sambil bergegas pergi. 

Tapi tak lama kemudian datanglah pemilik thurfah meminta Nu’aiman membayar harga thurfah yang telah ia hadiahkan kepada Rasulullah SAW tersebut. Nu’aiman membawa pemilik thurfah kepada Rasulullah, lalu Nu’aiman berkata, 

“Ya Rasul, bayarlah harga thurfah ini kepada si pemiliknya.” 

Rasulullah SAW lalu bertanya, 

“Bukankah barang ini kamu hadiahkan kepadaku?” 

Jawab Nu’aiman, 

“Benar ya Rasul. Akan tetapi sungguh aku tidak memiliki wang untuk membayarnya. Aku hanya ingin sekali engkau memilikinya!” 

Mendengar jawapan Nu’aiman tersebut Rasulullah SAW langsung tertawa, lalu memerintahkan kepada salah seorang sahabat untuk membayar barang tersebut kepada pemiliknya.

Zubair bin Bakkar juga meriwayatkan kisah yang lain melalui Rabi’ah bin Utsman. Dia berkata, suatu ketika ada seorang Badwi datang menemui Rasulullah SAW. Badwi itu menderumkan untanya di halaman masjid Rasul. Beberapa sahabat berkata kepada Nu’aiman al-Anshari r.a., 

“Sembelihlah unta itu lalu kita makan dagingnya, kerana kami sangat ingin sekali makan daging.” 

Permintaan para sahabat itu dituruti oleh Nu’aiman. Dia benar-benar menyembelih unta tersebut! Ketika orang Badwi si pemilik unta itu keluar, dia pun berteriak terkejut, 

“Wahai Muhammad, untaku telah disembelih orang!” 

Rasulullah SAW lalu keluar dan bertanya kepada para sahabat yang ada di situ, 

“Siapa yang melakukannya?” tanya Rasul. 

Jawab para sahabat, 

“Nu’aiman yang melakukannya.” 

Rasulullah SAW segera pergi mencari Nu’aiman. Akhirnya Rasulullah SAW berhasil mengetahui tempat di mana Nu’aiman berada, iaitu di rumah Dhaba’ah binti Zubair bin Abdul Mutalib. Di rumah tersebut Nu’aiman bersembunyi di bawah lorong bawah tanah yang atasnya ditutupi pelepah kurma. Seseorang lalu menunjukkan kepada Rasulullah SAW di mana Nu’aiman bersembunyi. Nu’aiman pun segera dibawa keluar dan Rasulullah bertanya kepadanya, 

“Apa yang mendorongmu melakukan semua itu?” 

Nu’aiman berkata, 

“Orang-orang yang menunjukkan kepadamu di mana aku bersembunyi itulah yang memerintahkan melakukan semua itu.” 

Rasulullah SAW kemudian tertawa dan mengusap debu yang menempel di wajah Nu’aiman, lalu membayar ganti haiwan unta tersebut.

+++

Zubair bin Bakkar meriwayatkan dari pakciknya dari datuknya, pada suatu ketika, Makhramah bin Naufal yang saat itu berusia 115 tahun dan sudah buat berdiri di salah satu sudut masjid ingin kencing. Orang-orang lalu meneriakinya, 

"Masjid, masjid (maksudnya jangan kencing di tempat itu, kerana itu adalah masjid).” 

Nu’aiman al-Anshari langsung memegang tangan Makhramah dan membawanya ke salah satu sudut masjid yang lain, lalu berkata, 

“Kencinglah di sini.” 

Melihat hal itu para sahabat kembali meneriakinya lalu Makhramah berkata, 

"Celaka kalian, siapa yang membawa aku ke tempat ini?!” 

Para sahabat kemudian berkata, 

“Nu’aiman yang membawamu ke sini.” 

Makhramah berkata, 

"Sungguh aku berjanji, jika aku bertemu Nu’aiman, aku akan memukulnya dengan tongkatku ini sekeras-kerasnya!”

Setelah mendengar omongan makhramah tersebut, Nu’aiman tidak menampakkan diri sampai beberapa waktu. Setelah itu, pada suatu hari Nu’aiman datang menemui Makhramah di masjid. Kebetulan Khalifah Utsman bin Affan r.a. sedang solat di salah satu sudutnya. Nu’aiman berkata kepada Makhramah, 

“Apa kamu ingin membalas Nu’aiman?” 
“Benar.” Jawab Makhramah mantap. 

Nu’aiman lalu memegang tangan Makhramah dan membawanya menuju ke tempat di mana Khalifah Utsman bin Affan r.a. sedang menunaikan solat. Seperti biasanya, ketika sedang menunaikan solat, Khalifah Utsman bin Affan tidak melihat dan memerhatikan sekeliling. 

Nu’aiman kemudian berkata kepada Makhramah, 

“Orang yang sedang solat ini adalah Nu’aiman.” 

Spontan sahaja Makhramah langsung memegang tongkatnya dengan kuat dan memukul tubuh yang ada di depannya hingga Khalifah Utsman bin Affan terluka. Seketika itu juga para sahabat langsung meneriaki Makhramah, 

“Hai, yang kamu pukul itu Amirul mukminin, bukan Nu’aiman!”
+++ 

Ada lagi satu kisah. Yang lebih lucu kalau kita membacanya, inikan pula kalau kita dapat melihat secara realiti. Suwaibit bin Harmalah. Dia merupakan salah seorang sahabat Rasulullah SAW juga. Turut serta dalam Perang Badar. Istimewanya dia, dia berhasil mengerjakan dan mempermainkan Nu’aiman. Ketika mana, Suwaibit bin Marhalah ini bergurau dengan Nu’aiman hinggakan Nu’aiman itu dijual menjadi seorang hamba! Dan Abu Bakar yang akhirnya menebus kembali si Nu’aiman itu. Macam mana kisahnya? Bacalah buku ini. Hehe. Segala rujukan untuk kisah itu semua ada disebut oleh Dr. Yusuf Qardhawi dalam tu.



Judul asal: Fiqhu al-Lahwi wa at-Tarwih
 

Bergurau Itu Tiada Masalah 

Pada dasarnya, ketawa, bergembira, bergurau dan lain-lainlah yang berkaitan dengannya itu diperbolehkan. Tiada masalah. Tetapi, ada batasan dan persyaratan yang harus kita sama-sama perhatikan. Antara yang digariskan oleh Dr. Yusuf Qardhawi ialah:

1- Tidak boleh menggunakan kebohongan dan membuat-buat sesuatu yang tidak benar sebagai alat untuk membuat lucu dan orang lain ketawa. 

Sabda Rasulullah, 

“Celakalah orang yang berbicara lalu berbohong dengan tujuan agar orang lain tertawa. Celakalah dirinya, dan celakalah dirinya.”  
[HR. Ahmad] 

Berguraulah. Tetapi katalah yang benar. 


2- Tidak mengandungi unsur penghinaan, mengolok-olokkan, mempermainkan dan merendahkan orang lain, kecuali jika orang tersebut member izin dan merelakan hal itu. 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan orang perempuan merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan janganlah memanggil dengan gelaran yang mengandungi ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” 
[QS al-Hujurat, 49:11] 

3- Tidak menimbulkan rasa terkejut dan takut bagi saudara Muslim yang lain. 

“Tidak boleh seorang Muslim membuat takut dan terkejut seorang Muslim yang lain.” 
[HR. Ahmad] 

4- Tidak boleh bergurau di tempat yang mengharuskan bersikap sungguh-sungguh dan serius. Selain itu tidak boleh bercanda dan tertawa pada saat-saat tertentu di mana seharusnya seseorang menangis atau bersedih. 

5- Senda gurau mesti dilakukan dalam batas-batas kewajaran dan tidak boleh berlebihan. 


Senyum...


Tersenyumlah 

Hidup adalah perjalanan yang berat dan penuh masalah, rintangan dan cubaan. Setiap orang pasti pernah merasakan pahit getirnya kehidupan, walaupun mungkin, dia dilahirkan dalam keadaan serba cukup dan mewah. Al-Qur’an telah mengisyaratkan, iaitu 

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” 
[QS al-Balad, 90:4] 

Di dalam sebuah hadits, Dari Sa.ad bin Abi Waqqash, disebutkan bahawa Rasulullah SAW ditanya, 

“Siapakah manusia yang paling berat cubaannya?” 

Rasulullah SAW bersabda, 

“Para nabi, kemudian orang yang mulia dan tinggi darjatnya, kemudian orang yang mulia dan tinggi darjatnya.” 
[HR. Tirmidzi, Ibn Majah dan Ibn Hibban] 

Oleh itu, setiap dari kita yang bergelar dai’e pasti memerlukan satu oasis yang dapat meringankan rasa penat dalam mengayuh perjalanan hidup ini. Tambahan, kayuhan yang dibuat ini adalah bertentangan dengan arus masyarakat sekarang. Kita memerlukan sesuatu yang dapat merelakskan jiwa, sehingga dapat ketawa, bergembira dan bergurau. 

Itulah Allah.. Itulah Rasulullah.. Itulah jihad.. Itulah ibubapa.. Itulah ikhwah..

Agar perjalanan hidup kita tidak selalu dirundung kesedihan, kesusahan dan kepenatan. 

Tapi… 

Jangan berlebih-lebihan…


Warna-warnikan hidupmu wahai da'ie



"sejauh mana?"
khir al-imtiaz
06.21pm
10-08-2011

Comments

  1. alhamdulillah..sangat menarik...hehe

    ReplyDelete
  2. benar-benar menarik.

    aah,kdg2 rasa futur jauh di sudut hati

    ReplyDelete
  3. jauh di sudut hati..

    tetapi yang sangat dekat itu adalah hidup dan mati bersama dakwah dan tarbiyah.. dalam suasana ceria.. hehe

    ReplyDelete
  4. ya berdakwah dgn penuh keceriaan warna warni! senyum, gelak tawa, sapaan mesra, usik-mengusik dan bergurau jenaka. walau loading kerja banyak, perlu membakar waktu tidur dan waktu bersama keluarga tercinta, tidak rasa rugi apa. ada manis ukhwah yg Allah janjikan. yg sabar akan merasa manisnya. mad'u yang sama-sama ditarbiyah juga akan merasa tempiasnya.

    nice entry

    ReplyDelete
  5. Lol.. sayangnya citer yg last tue kena baca sendiri plak.. sedap2 gelak tetiba spoil.. :(
    kena beli la buku nie nmpaknya..

    ReplyDelete
  6. Haha.. technicboy, kena lah rajin membeli buku dan membaca.. takkan semua nak suap gitu je kan..

    ReplyDelete
  7. seorg sahabat prnh berkongsi perkara y sama "tak baik berbohong walaupun dalam gurauan.."

    ReplyDelete
  8. minta izin share apa jua tulisan di blog ini..

    ReplyDelete
  9. salam..nak tanye,
    urmm..dalam bergurau x boleh berbohong..
    tp dalam cerite nu'aiman tue, die ade berbohong dkat makhramah..nu'aiman mengatakan dkat makhramah bahawa saidina uthman bin affan itu adalah dirinya..
    mcm mne ye..saye x fhm..

    ReplyDelete
    Replies
    1. oo.. untuk itu, mungkin itu adalah contoh yang tidak dibenarkan. kerana jelas, hasil daripada gurauan dia yang ini telah menyebabkan sahabat yg lain kecelakaan.. itu sahaja rasanya yang saya boleh boleh simpulkan..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rasa Semakin Jauh dari Allah?

Mereka yang Mengabaikan Al-Quran

Merasakan Hidup Tidak Bermakna?