Adakah Kita Sedang Lalai?


“Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).” 
[QS al-Anbiya’, 21:1]

Kiamat sudah dekat. Dunia akan hancur. Segala yang jahat akan melihat kesan dari kejahatan mereka. Setiap yang baik pula akan melihat apa ganjaran untuk mereka. Amal-amal yang mungkin dulu kita ditertawakan jika melakukannya, mula menunjukkan siapa yang berada di jalan yang benar. Amal-amal yang dahulunya dikejar dengan penuh komitmen, akan menguak menunjukkan wajah sebenar mereka di masa yang akan datang itu nanti.

Maka setiap dari kita akan diperhitungkan. Akan dinilai. Bukan lagi atas dasar kekeluargaan, paras rupa, kekayaan dan pangkat. Tetapi, berasaskan amal.


Mari kalau kita dapat ambil pengajaran dari ayat di atas.

“Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).” 
[QS al-Anbiya’, 21:1]

Persoalannya. Siapakah mereka yang lalai itu?

“Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendengarkannya sambil bermain-main,” 
[QS al-Anbiya’, 21:2]

Baik. Apa yang kita baca ini sekadar teks. Tetapi, apa yang penting itu adalah kita membaca teks itu, dan mengkorelasikan dengan konteks kehidupan kita pada zaman sekarang.

Cuba tanyakan pada diri kita sendiri.

Apa pandangan kita terhadap orang yang cuba menyampaikan ayat-ayat Allah pada kita?

Atau kita lebih kepada bersikap,

“Ah budak ni. Bajet macam dia ni hebat sangat je..”

“Ilmu pun tak tahu dapat dari mana, nak berdakwah konon.”

“Macamlah dia tu malaikat nak cerita benda baik kat aku..”
+++

Bahkan, berapa ramai pula di antara kita yang kadang-kadang hanya sekadar mendengar dan tahu akan sama ada itu satu perintah atau larangan. Tetapi, berbuat seolah-olah tidak pernah mendengarkannya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan muslim.” 
[QS ‘Ali Imran, 3:102]

Adakah kita sudah cukup takut kepada Allah? Takut yang benar. Bukan takut olok-olok macam kita takutkan polis!


+++

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab, bahawa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahawa Allah Allah sangat berat azabnya.

[QS al-Baqarah, 2:165]

Adakah cinta kita pada Allah itu sudah benar? Atau sama taraf dengan cinta monyet?

“Adapun orang-orang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” 
[QS al-Baqarah, 2:165]

Sangat besar cinta mereka pada Allah. Kita?

+++
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakkallah orang-orang yang beriman.” 
[QS at-taubah, 9:51]

Tawakkal kita pada siapa? Allah? Atau pada usaha kita?

+++

Apabila kita mendapat musibah, kita lebih cenderung mengatakan,

“Bisnes aku bankrap sebab Allah dah takdirkan bankrap.. Nak buat macam mana..”

Tapi, pernah tak kita kata,

“Aku menang pertandingan ini kerana Allah yang memberi aku kemenangan.”

Atau kita lebih kerap mengatakan,

“Aku menang atas usaha aku sendiri!”

Sedangkan..

“Dan Kami pecahkan di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang soleh dan ada yang tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)”

[QS al-A’raf, 7:168]

Ujian itu semata-mata agar kita kembali? Kembali kepada siapa?


+++

Belum lagi bercerita tentang sabar..

Wahai sekalian orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan dengan bersabar dan dengan solat; kerana sesungguhnya Allah menyertai (bersama) orang-orang yang sabar.” 
[QS Al-Baqarah, 2:153]

+++

Kita kata kita umat yang mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an. Ayat-ayat Allah. Tetapi, kita kadang mengambilnya seolah-olah ianya pilihan, bukan kewajipan. Main-main. Kalau kita serius, maka buktikan!

“Hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang-orang yang zalim itu merahsiakan pembicaraan mereka, “Orang ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerima (sihir itu) padahal kamu menyaksikannya?” 
[QS al-Anbiya’, 21:3]

Ayat Allah ini turun selama lebih kurang 1400 tahun dahulu. Maka, waktu yang dimaksudkan “telah dekat” itu merujuk 1400 tahun dahulu. Maka kalau pada zaman sekarang ini. Pastilah ianya sudah semakin semakin dekat.

“Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat). Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendengarkannya sambil bermain-main, hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang-orang yang zalim itu merahsiakan pembicaraan mereka, “Orang ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerima (sihir itu) padahal kamu menyaksikannya?”

[QS al-Anbiya’, 21:1-3]

Maka..
http://ukag.tumblr.com/
Inilah masanya..

Comments

  1. salam..
    tajuk yang dikupas dgn baik..
    ana terigt kata murabbi ana..
    "org yg pling bodoh dlm dunia ini adalah org y masih melakukan maksiat sedgkn dia tahu ada malaikat yg sentiasa mencatit setiap amalannya.."
    ape2pun..jazakillah..perkongsian yg amat manrik..
    wslm.

    ReplyDelete
  2. mintak share.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rasa Semakin Jauh dari Allah?

Mereka yang Mengabaikan Al-Quran

Merasakan Hidup Tidak Bermakna?